Kitab Tafsir Jalalain, merupakan kitab tafsir yang ditulis oleh dua Imam Jalal. Mereka adalah Imam Jalaludin Muhammad bin Ahmad Al-Mahali (w. 864 H) dan Imam Jalaludin Abdurrahman bin Abu Bakr As-Suyuthi (w. 911 H). Beberapa riwayat menyebutkan bahwa keduanya merupakan guru dan murid. Jalaludin Muhammad bin Ahmad Al-Mahali sebagai guru dan Imam Jalaludin Abdurrahman bin Abu Bakr As-Suyuthi sebagai murid. Kitab Tafsir Jalalin merupakan kitab tafsir yang populer di Indonesia, karena pembahasannya yang ringkas dan mudah untuk dipahami. Berikut salah satu pembahasan surah Al-Fatihah dari kitab Jalalain.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ
Terjemah
- Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
- Segala puji bagi Allah, Tuhan1) semesta alam
- Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
- Pemilik hari Pembalasan.
- Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.
- Bimbinglah kami ke jalan yang lurus,
- (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.
Surah Al-Fatihah adalah surah yang diturunkan di kota Mekkah, jumlah ayatnya terdiri dari 7 ayat. Ragam pendapat mengenai ayat yang pertama, ada yang berpendapat dengan Bassmalah ada juga yang berpendapat dari Hamdalah. Terlepas dari hal tersebut, kitab Tafsir Jalalain berpendapat kepada yang kedua, bahwa ayat yang pertama dimulai dari Alhamdulillahirabbilalamin.
Firman Allah SWT
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
Yaitu Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak mendapatkan pujian dari seluruh makhluk.
Rabbil alamin / Tuhan semesta alam
Yaitu raja bagi seluruh makhluk, dari kalangan manusia, jin, malaikat, hewan-hewan serta seluruh yang ada di alam ini tanpa terkecuali.
Firman Allah SWT
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Yaitu sifat kasih sayang yang menunjukkan kepada semua kebaikan.
Firman Allah SWT
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ
Pemilik hari Pembalasan
Yaumid-dīn (hari Pembalasan) adalah hari ketika kelak manusia menerima balasan atas amal-amalnya yang baik dan yang buruk. Hari itu disebut juga yaumul-qiyāmah (hari Kiamat), yaumul-ḥisāb (hari Penghitungan), dan sebagainya. Selain itu, pada hari kiamat nanti tidak akan dinampakkan satu raja pun dari kalangan jin dan manusia, karena satu-satunya raja hanyalah Allah SWT. Dalam kitab Shahih Muslim diriwayatkan
حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ حَدَّثَنِي ابْنُ الْمُسَيَّبِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْبِضُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى الْأَرْضَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَطْوِي السَّمَاءَ بِيَمِينِهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ مُلُوكُ الْأَرْضِ
Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab telah menceritakan kepadaku Ibnul Musayyab bahwasanya Abu Hurairah berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Kelak di hari kiamat Allah Tabaraka wa Ta’ala akan menggenggam bumi dan menggulung langit dengan tangan kanan-Nya. Kemudian Dia berfirman: ‘Akulah Raja (penguasa)! Mana yang mengaku raja-raja di bumi? ‘” (Hadits Shahih Muslim No. 4994 – Kitab Sifat hari kiamat, surga dan neraka)
Firman Allah SWT
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.
Yaitu seorang hamba yang mengkhususkan pengabdian ibadahnya hanya kepada Allah SWT, selain itu dia juga enggan untuk mempercayai Tuhan selain Allah SWT.
Firman Allah SWT
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ
Bimbinglah kami ke jalan yang lurus
Yaitu permohonan untuk mendapatkan petunjuk agar tidak tersesat. Adapun yang dimaksud dengan jalan yang lurus adalah jalan hidup yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadis.
Firman Allah SWT
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.
“Mereka yang diberi nikmat” adalah orang-orang yang diberi hidayah serta ditunjukkan kepada mereka agama yang menuju kepada keselamatan. “Mereka yang dimurkai” adalah orang-orang Yahudi dan “orang-orang yang sesat” adalah orang-orang Nashrani (Kristen).